KandaiDotID

Ancaman Kekeringan dan Darurat Karhutla di Sultra

Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika, mengeluarkan rilies bahwa Sulawesi Tenggara, berpeluang merasakan dampak kekeringan yang panjang pada September 2019 ini. Ada 11 daerah yang disebut BMKG berpotensi merasakan dampak kekeringan tersebut.

Hasil monitoring dari Hari Tanpa Hujan (HTH) BMKG, menunjukkan wilayah Sulawesi Tenggara mengalami HTH kategori pendek hingga sangat panjang. HTH tertinggi berturut-turut terjadi di Muna, Baubau, Buton Selatan dan Bombana. Diperkirakan ini akan terjadi hingga rata-rata 60 hari kedepan.

BMKG juga mengeluarkan peringatan dini di Sultra, terkait wilayah yang berpotensi terjadi kekeringan Meteorologis dengan potensi “siaga”. Kata mereka, wilayah Bau-Bau, Bombana, Buton Selatan, Kendari, Konsel, Buton dan Muna, masuk ddalam kategori siaga kekeringan panjang.

Nampak anggota Polri dan Manggala Agni memedamkan api di Konsel. Informasi yang himpun dari Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika, bahwa Sulawesi Tenggara, berpeluang merasakan dampak kekeringan yang panjang pada September 2019 ini. (Foto Manggala Agni)

“Hasil analisis curah hujan tanggal 21 s/d 31 Agustus 2019 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara mengalami curah hujan kategori Rendah (0-50 mm) kecuali di sebagian wilayah Konut, mengalami curah hujan kategori Menengah (51-75 mm),” kata Bismar Rahmat Adi Prasetyo Humas BMKG Sultra.

Ancaman kekeringan dalam situasi siaga tersebut katanya, akan terjadi pada awal September hingga pertengahan September diprakirakan mengalami curah hujan kategori Rendah. Sedangkan pada akhir September 2019 hingga awal Oktober diprakirakan terdapat kecenderungan peningkatan curah hujan dengan kategori curah hujan Menegah.

Anggota Manggala Agni Ops Tinanggea, berupaya memadamkan api di lahan gambut Kolaka Timur. (Foto Manggala Agni)

Kabut Asap Mengancam Warga Sultra

Bismar Rahmat Adi Prasetyo berpesan,  kepada seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara, untuk terus waspada terhadap berbagai potensi bencana yang mungkin terjadi di musim kemarau seperti kekeringan serta kebakaran lahan dan hutan. Pasalnya Karhutla sangat rentan terjadi akibat dari kekeringan lahan.

Dihubungi terpisah, Kepala Manggala Agni, Da Ops Tinanggea, Yanuar Fanca Kusuma, menerangkan bahwa ancaman karhutla seperti yang diungkapkan BMKG sudah terjadi dan mulai mengancam provinsi ini. Beberapa daerah bisa saja merasakan kabut asap berkepanjangan.

Belum lagi kata Fanca, lahan gambut di Kabupaten Kolaka Timur sampai saat ini masih terus dilalap api.

Tercatat sudah 200 hektar lebih lahan gambut terbakar. Segala kemampuan Manggala Agni dan dibantu beberapa petugas seperti kepolisian dan unsur pemerintah masih terus berupaya melakukan pemadaman.

“Kami membangun posko pemadaman, karena kami yakini kebakaran lahan gambut di Koltim akan panjang,” kata Fanca di lokasi kebakaran.

Awal september 2019 ini, titik api mulai bermunculan dibeberapa kabupaten di Sultra. Terakhir, karhutla terjadi di Bombana dan Konsel. Fanca menjelaskan bahwa dampak dari kebakaran hutan dan lahan tidak saja kabut asap. Melainkan, jika tidak cepat ditangani bisa saja menjalar dan menyerang rumah-rumah warga. Hal ini sering terjadi, apalagi di Konawe Selatan.

 

Lahan gambut di Kolaka Timur sampai saat ini masih dilalap api. Karhutla di Koltim diprediksi akan terjadi hingga beberapa hari kedepan. (Foto Manggala Agni)

Karhutla di Sultra Akibat Kesengajaan

Ia merincikan data kebakaran hutan di Sultra sejak Januari sampai September 2019 ini, luas hutan dan lahan di Sultra yang terbakar mencapai 300 hektare. Diprediksi, jumlah kebakaran akan terus meningkat karena musim kemarau di Sultra yang telah tiba.

Dari jumlah tersebut, hasil pemeriksaan mereka, rata-rata lahan yang terbakar akibat kesengajaan oleh oknum. Ia menyebut itu dan mereka memiliki data.

“Kami menduga, kebakaran lahan di Sulawesi Tenggara karena faktor kesengajaan untuk pembukaan lahan perusahaan. Kalau faktor alami di Sultra itu enggak ada. Kalau kita duga ya memang sengaja dibakar,” ujar Yanuar.

Karena itu, Yanuar meminta kepada seluruh pihak ikut terlibat dalam pencegahan kebakaran lahan di Sultra. Mulai dari pemerintah kabupaten, sampai penegak hukum. Menurut Yanuar, pemerintah daerah harusnya lebih giat melakukan sosialisasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Penegak hukum juga harus lebih gigih menindak tegas dan menyelidiki penyebab kebakaran.

“Kita memang harus bersinergi semua. Apalagi kan ini baru saja ada instruksi presiden. Di Sulawesi cuma Sultra yang dipanggil. Artinya ini warning buat kita,” terangnya.

Yanuar juga mengungkapkan bahwa pihaknya sering kali melakukan pemadaman pai di wilayah izin HGU. Terakhir tim patroli mereka melakukan pengecekan karhutla yang terjadi  di wilayah perkebunan milik PT. Kilau Indah Cemerlang (KIC) yaitu perusaahan yang bergerak dibidang perkebunan.

“Ini sering kami temukan. Dalam wilayah KIC ini memang vegetasinya savana & semak tepi hutan. Kami temukan benar dalam lingkungan sekitar karhutla di PT.Kilau Indah Cemerlang,” tegas Fanca.

 

Penulis : Egi

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.